Senin, 31 Agustus 2015

Pura Tanah Lot Bali: Sejarah & Keindahan Tanah Lot Sunset Bali

Agustus 2015 - Hallo sahabat WIsata Bali dan Sekitarnya, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Agustus 2015, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Objek Wisata, Artikel Pura, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Pura Tanah Lot Bali: Sejarah & Keindahan Tanah Lot Sunset Bali
link : Pura Tanah Lot Bali: Sejarah & Keindahan Tanah Lot Sunset Bali

Baca juga


Agustus 2015

Pura Tanah Lot Bali atau juga disebut Pura Luhur Tanah Lot adalah sebuah tempat suci agama Hindu yang mempunyai keindahan yang natural dengan Tanah Lot sunset Bali yang memukau, Pura Tanah Lot Bali terletak di tepi pantai Tanah Lot dan berdiri di atas sebuah batu karang laut yang kokoh dan kuat, disebelah baratnya juga terdapat pura yang disebut Pura Batu Bolong yang juga memiliki pemandangan yang tidak kalah indahnya. Tempat wisata Tanah Lot Bali pada saat sunset atau matahari terbenam adalah pemandangan yang terbaik dan sangat indah yang bisa kita nikmati ketika mengunjungi salah satu tempat/obyek wisata favorit yang terkenal di Pulau Bali ini dan akan menjadikan liburan di Bali anda tidak terlupakan dan penuh kesan. Tempat suci ini adalah salah satu dari Pura Kahyangan Jagat, pura yang sangat sakral dan suci serta sangat dijaga kesucian dan kelestariannya oleh masyarakat Pulau Dewata.

Tanah Lot berasal dari kata "Tanah" yang artinya tanah dan "Lot" (Lod) yang artinya laut, karena letaknya di laut atau di pantai seperti mengambang ketika air laut pasang maka dapat diartikan Tanah Lot berarti sebuah Tanah atau Pulau yang terletak di laut, oleh karena itu orang-orang pun menyebutnya Tanah Lot.

Pura Tanah Lot berlokasi di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, di pesisir selatan pulau Bali kurang lebih 25 kilometer dari Kota Denpasar. Pura Tanah Lot terletak di atas batu karang laut besar menghadap ke samudra Hindia. Tempat ibadah ini adalah sebuah pura Hindu yang dibangun untuk memuja Tuhan dalam manifestasi-NYA sebagai Dewa Laut atau Dewa Baruna untuk keselamatan dan kesejahteraan dunia serta keseimbangan antara laut dan bumi.

Konten
Sejarah Pura Tanah Lot
Upacara atau Piodalan Pura Tanah Lot
Ular Suci Tanah Lot dan Mitos
Pemandangan Sunset dan Waktu Terbaik Mengunjungi Tanah Lot
Peta dan Lokasi

Sejarah Pura Tanah Lot

Sejarah berdirinya Pura Tanah Lot sangat erat kaitannya dengan perjalanan suci dari Blambangan (pulau Jawa) ke Pulau Bali dari seorang pendeta suci yang bernama DangHyang Nirartha untuk menyebarkan agama Hindu di pulau dewata, masyarakat juga menyebut Beliau dengan sebutan DangHyang Dwijendra atau Pedanda Sakti Wawu Rauh. Pemimpin (Raja) di Bali pada saat itu adalah Raja Dalem Waturenggong sekitar abad ke-16 Masehi.

Di dalam Dwijendra Tatwa di jelaskan suatu ketika Dang Hyang Nirartha kembali ke Pura Rambut Siwi dalam perjalanannya ke pulau Bali, dimana Beliau pertama kali tiba di Bali dari Blambangan pada tahun Saka 1411 atau 1489 Masehi, Beliau telah berhenti di Pura Rambut Siwi ini. Ketika berada di Pura ini untuk beberapa saat, kemudian Beliau melanjutkan perjalanannya menuju Timur (Purwa) dan sebelum meninggalkan tempat itu Beliau menyempatkan diri untuk melakukan upacara "Surya Cewana" dengan masyarakat disekitar sana, setelah memercikkan air suci (tirtha) kepada masyarakat yang ikut bergabung dalam persembahyangan kemudian Beliau meninggalkan pura dan berjalan melanjutkan perjalanan ke Timur, perjalanan Beliau melewati pesisir pantai selatan pulau Bali dan diikuti oleh beberapa pengikut setia Beliau.

Pura Tanah Lot Bali- Sejarah dan Tanah Lot Sunset Bali - Indonesia
Foto credit: Komang Gede via Flickr

Di dalam perjalanan suci ini Dang Hyang Nirartha sangat menikmati dan kagum dengan keindahan pesisir pantai selatan Bali dengan keindahan yang alami yang sangat menarik. Beliau membayangkan bagaimana kebesaran Ida Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) telah menciptakan dunia dan beserta isinya untuk kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Dalam hati Beliau terbisik bahwa tugas seluruh makhluk hidup di dunia khususnya manusia untuk berterima kasih dan menjaga apa yang telah diciptakan-NYA.

Setelah melakukan perjalanan yang panjang akhirnya Dang Hyang Nirartha tiba dan berhenti di sebuah pantai yang terdapat batu karang dan juga terdapat mata air, batu karang itu disebut Gili Beo, "Gili" artinya pulau kecil dan "Beo" artinya burung, jadi Gili Beo berarti pulau kecil yang menyerupai burung. Pada waktu itu di kawasan Desa Beraban ini di pimpin oleh Bendesa Beraban Sakti, kemudian di tempat inilah DangHyang Nirartha berhenti dan beristirahat, tidak lama Beliau beristirahat datanglah para nelayan yang ingin bertemu dengan Beliau dan membawakan beberapa persembahan untuk Beliau, dan setelah senja tiba mereka memohon kepada Beliau untuk bermalam di rumah mereka, tetapi permohonan mereka ditolak oleh Beliau dan Beliau lebih memilih untuk bermalam di Gili Beo karena di tempat ini Beliau bisa menikmati udara yang segar dengan pemandangan yang indah dan bisa melepaskan pandangan ke segala arah. Pada malam hari sebelum Beliau beristirahat, Beliau menyempatkan diri untuk mengajarkan agama dan moral kepada masyarakat yang datang kepada Beliau, tetapi kehadiran Dang Hyang Nirartha ini tidak disukai oleh Bendesa Beraban Sakti, karena ajaran-ajarannya tidak sesuai dan tidak searah dengan ajaran-ajaran dari Dang Hyang Nirartha dan ini membuat Bendesa Beraban Sakti menjadi marah dan dia mengundang pengikut-pengikutnya untuk mengusir DangHyang Nirartha dari kawasan itu, kemudian untuk memproteksi diri Beliau dari agresi Bendesa Beraban Sakti akhirnya dengan kekuatan supranatural Beliau kemudian Gili Beo dipindahkan agak ketengah ke laut dan Beliau menciptakan ular dari selendang yang Beliau pakai untuk menjaga Gili Beo agar selalu aman dari serangan-serangan jahat. Kemudian setelah kejadian itu Gili Beo berubah nama menjadi Tanah Lot (Tanah di laut), setelah melihat keajaiban dari DangHyang Nirartha akhirnya Bendesa Beraban Sakti menyerah dan kemudian dia menjadi pengikut setia Beliau untuk melanjutkan mengajarkan agama Hindu kepada masyarakat, dan untuk jasanya itu Dang Hyang Nirartha memberikan sebuah keris kepada Bendesa Beraban Sakti sebelum Beliau melanjutkan perjalanan suci nya (Keris adalah sebuah belati asimetris khas dari Indonesia yang dipakai sebagai senjata dan juga objek spiritual, keris sering dianggap memiliki kekuatan magis. Awal keris dikenal atau dibuat pada sekitar abad 1360 Masehi dan mungkin menyebar dari pulau ke pulau di seluruh Asia Tenggara). Keris yang diberikan kepada Bendesa Beraban Sakti disebut Jaramenara atau keris Ki Baru Gajah, sampai sekarang keris itu disimpan dengan baik dan sucikan di Puri Kediri. Pada saat itu DangHyang Nirartha menyarankan kepada masyarakat untuk membuat pura (parahyangan) di Tanah Lot karena menurut getaran suci dan bimbingan supranatural Beliau di tempat ini adalah sebuah tempat yang sangat baik untuk memuja Tuhan, dari tempat ini kemudian masyarakat bisa menyembah kebesaran Tuhan dalam manifestasi-NYA sebagai Dewa Laut untuk keselamatan dan kesejahteraan dunia.

Terdapat 8 pura suci yang ada disekitar area Tanah Lot, masing-masing dengan fungsi dan tujuan sendiri.

  1. Pura Penataran - berlokasi di bagian utara dari Pura Tanah Lot, pura untuk memuja Tuhan dan manifestasi-NYA untuk kebahagiaan dan kesejahteraan.
  2. Pura Penyawang - berlokasi di bagian barat dari Pura Penataran, ini adalah tempat alternatif untuk bersembahyang karena pada saat air laut pasang orang-orang yang ingin bersembahyang tidak bisa naik dan masuk ke Pura Tanah Lot.
  3. Pura Jero Kandang - berlokasi sekitar 100 meter di sebelah barat Pura Penyawang, pura ini dibangun untuk memohon kepada Tuhan agar diberikan kesejahteraan dan keselamatan bagi ternak dan tanaman.
  4. Pura Enjung Galuh - berlokasi dekat dengan Pura Jero Kandang, pura ini dibangun untuk memuja Dewi Sri untuk kesuburan tanah dan pertanian.
  5. Pura Batu Bolong - berlokasi sekitar 100 meter disebelah barat Pura Enjung Galuh, pura ini digunakan pada saat upacara Melasti atau upacara penyucian.
  6. Pura Batu Mejan - berlokasi kurang lebih 100 meter pada bagian barat Pura Batu Bolong, Pura Batu Mejan juga disebut Pura Beji. Beji berarti mata air dalam bahasa Bali, masyarakat percaya bahwa air suci dari mata air ini bisa menyucikan segala sesuatu dari keburukan atau unsur-unsur negatif.
  7. Monumen Tri Antaka - Monumen ini dibuat untuk menghormati 3 pahlawan Bali, yaitu: I gusti Ketut Kereg, I Wayan Kamias dan I Nyoman Regug, yang telah berperang untuk mempertahankan pulau Bali dari penjajah tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration) pada Juni 1946 di kawasan Tanah Lot.
  8. Pura Pakendungan - Berlokasi di bagian Barat kira-kira 300 meter dari Pura Tanah Lot. Di Pura Pekendungan inilah tempat dimana Dang Hyang Nirartha bermeditasi dan juga ditempat inilah keris sakti Jaramenara diberikan kepada Bendesa Beraban Sakti.

Pada tahun 1980, bagian pinggir karang Pura Tanah Lot terkikis karena mengalami abrasi dan menjadikan area di tempat suci ini berbahaya bagi keselamatan pengunjung dan pemedek (Pemedek: orang-orang yang ingin bersembahyang di pura). Maka dilakukanlah proyek yang didukung oleh pemerintah Jepang dan Jerman untuk menanggulangi hal ini dan untuk menjaga pura yang bersejarah ini agar tetap berdiri kokoh di atas batu karang laut.

Pura yang lainnya yang terdapat di Kabupaten Tabanan

Upacara atau Piodalan Pura Tanah Lot

Upacara Piodalan Pura Tanah Lot Temple
Tanah Lot Temple Anniversary

Upacara di Pura Tanah Lot (Upacara di pura dalam bahasa Bali disebut Piodalan/Pujawali) dilaksanakan atau diadakan setiap 210 hari (6 bulan) menurut kalender Bali/kalender Saka, piodalan di pura Tanah Lot jatuh pada hari Buda Wage Langkir, 4 hari setelah Hari Raya Kuningan. Sebelum pemedek memasuki pura, mereka pertama-tama harus bersembahyang di Beji Kaler, Tanah Lot: Bali: Pura di atas Karang Laut & View Indah Sunset Beji Kaler adalah sebuah mata air suci yang berada tepat dibawah Pura Tanah Lot. Sebelum mereka memasuki pura utama, mereka harus bersembahyang dan meminum dan membasuh wajah mereka dengan air yang diambil dari mata air suci Beji Kaler ini dengan tujuan agar jiwa dan pikiran mereka bersih sebelum masuk dan melakukan persembahyangan di Pura Luhur Tanah Lot. Selama upacara/piodalan di Pura Tanah Lot, masyarakat Bali khususnya yang beragama Hindu akan datang untuk melakukan persembahyangan agar memperoleh keselamatan dan kesejahteraan, bahkan banyak dari mereka juga datang dari daerah lain di Indonesia. Upacara di Pura Tanah Lot dilakukan/diadakan (Nyejer) selama 3 hari.

Ular Suci Tanah Lot dan Mitos

Mitos dan Ular Suci Tanah Lot
Ular Suci Pura Tanah Lot

Keunikan dari Tanah Lot adalah terkait dengan mitos dari masyarakat setempat tentang ular suci yang ada di Pura Tanah Lot, ular suci Tanah Lot dipercaya sebagai penjaga dan penyelamat dari Pura Tanah Lot dari serangan-serangan jahat yang mengganggu kesucian pura. Jenis ular itu dari bahasa Latin bernama Bungarus Candidus, ular laut yang sangat berbisa dan berbahaya, pada tubuhnya mempunyai warna hitam dan putih melingkar. Ular suci ini akan menyerang siapa saja yang ingin berbuat jahat dan ingin merusak keberadaan dan kesucian Pura Tanah Lot, tetapi meskipun begitu ular suci ini akan tetap diam dan tenang di dalam goa yang terdapat di sudut karang yang ada di dekat Pura Tanah Lot, bahkan pengunjung pun bisa menyentuh dan mengelus-elus ular suci ini tanpa khawatir akan serangan balik dari ular ini dan tentu saja kita akan ditemani oleh seseorang yang mengerti akan karakter dari ular suci ini. Masyarakat setempat juga mempercayai dengan menyentuh ular suci ini sambil berdoa maka apa yang kita inginkan akan terkabulkan, sebuah mitos yang boleh dipercaya atau tidak.

Pemandangan Sunset dan Waktu Terbaik Mengunjungi Tanah Lot

Tanah Lot adalah daerah tujuan wisata yang sangat terkenal di dunia, dan menjadi salah satu obyek wisata terbaik di pulau Bali serta salah satu tempat wisata favorit untuk menikmati keindahan sunset/matahari tenggelam di pulau dewata. Setiap hari objek wisata ini dikunjungi oleh ribuan wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Banyak turis/wisatawan bertanya jam berapa sunset di Tanah Lot? untuk bisa menikmati keindahan Pura Tanah Lot dengan pemandangan sunset view yang keren, direkomendasikan mengunjungi Tanah Lot pada senja atau sore hari dengan cuaca yang cerah, dari sekitar jam 4 sore sampai jam 7 petang/malam adalah waktu yang terbaik untuk mengunjungi Tanah Lot karena pada jam-jam itu dengan cuaca yang cerah kita bisa menikmati keindahan sunset/matahari terbenam yang spektakular. Selain itu pengunjung juga bisa berjalan-jalan dan berada dekat dengan batu karang dari areal pura pada saat air laut surut, tetapi sangat berbahaya dan tidak dianjurkan melakukan hal itu pada air laut pasang. Tempat wisata Tanah Lot juga sangat cocok dijadikan sebagai liburan keluarga, dalam kawasan ini juga terdapat fasilitas yang memadai seperti hotel, restoran, sunset teras, Tanah Lot cultural park, toko suvenir, tempat parkir yang luas, fasilitas emergensi, fasilitas keamanan sekuriti (security), toilet, tempat bersantai dan juga pusat informasi.

Peta dan Lokasi

Lokasi dan Peta Tanah Lot, Bali oleh Google Maps

Referensi : Situs resmi Tanah Lot
Permalink: Pura Tanah Lot Bali: Sejarah & Keindahan Tanah Lot Sunset Bali | Bali Glory

Pura Tanah Lot Bali atau juga disebut Pura Luhur Tanah Lot adalah sebuah tempat suci agama Hindu yang mempunyai keindahan yang natural dengan Tanah Lot sunset Bali yang memukau, Pura Tanah Lot Bali terletak di tepi pantai Tanah Lot dan berdiri di atas sebuah batu karang laut yang kokoh dan kuat, disebelah baratnya juga terdapat pura yang disebut Pura Batu Bolong yang juga memiliki pemandangan yang tidak kalah indahnya. Tempat wisata Tanah Lot Bali pada saat sunset atau matahari terbenam adalah pemandangan yang terbaik dan sangat indah yang bisa kita nikmati ketika mengunjungi salah satu tempat/obyek wisata favorit yang terkenal di Pulau Bali ini dan akan menjadikan liburan di Bali anda tidak terlupakan dan penuh kesan. Tempat suci ini adalah salah satu dari Pura Kahyangan Jagat, pura yang sangat sakral dan suci serta sangat dijaga kesucian dan kelestariannya oleh masyarakat Pulau Dewata.

Tanah Lot berasal dari kata "Tanah" yang artinya tanah dan "Lot" (Lod) yang artinya laut, karena letaknya di laut atau di pantai seperti mengambang ketika air laut pasang maka dapat diartikan Tanah Lot berarti sebuah Tanah atau Pulau yang terletak di laut, oleh karena itu orang-orang pun menyebutnya Tanah Lot.

Pura Tanah Lot berlokasi di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, di pesisir selatan pulau Bali kurang lebih 25 kilometer dari Kota Denpasar. Pura Tanah Lot terletak di atas batu karang laut besar menghadap ke samudra Hindia. Tempat ibadah ini adalah sebuah pura Hindu yang dibangun untuk memuja Tuhan dalam manifestasi-NYA sebagai Dewa Laut atau Dewa Baruna untuk keselamatan dan kesejahteraan dunia serta keseimbangan antara laut dan bumi.

Konten
Sejarah Pura Tanah Lot
Upacara atau Piodalan Pura Tanah Lot
Ular Suci Tanah Lot dan Mitos
Pemandangan Sunset dan Waktu Terbaik Mengunjungi Tanah Lot
Peta dan Lokasi

Sejarah Pura Tanah Lot

Sejarah berdirinya Pura Tanah Lot sangat erat kaitannya dengan perjalanan suci dari Blambangan (pulau Jawa) ke Pulau Bali dari seorang pendeta suci yang bernama DangHyang Nirartha untuk menyebarkan agama Hindu di pulau dewata, masyarakat juga menyebut Beliau dengan sebutan DangHyang Dwijendra atau Pedanda Sakti Wawu Rauh. Pemimpin (Raja) di Bali pada saat itu adalah Raja Dalem Waturenggong sekitar abad ke-16 Masehi.

Di dalam Dwijendra Tatwa di jelaskan suatu ketika Dang Hyang Nirartha kembali ke Pura Rambut Siwi dalam perjalanannya ke pulau Bali, dimana Beliau pertama kali tiba di Bali dari Blambangan pada tahun Saka 1411 atau 1489 Masehi, Beliau telah berhenti di Pura Rambut Siwi ini. Ketika berada di Pura ini untuk beberapa saat, kemudian Beliau melanjutkan perjalanannya menuju Timur (Purwa) dan sebelum meninggalkan tempat itu Beliau menyempatkan diri untuk melakukan upacara "Surya Cewana" dengan masyarakat disekitar sana, setelah memercikkan air suci (tirtha) kepada masyarakat yang ikut bergabung dalam persembahyangan kemudian Beliau meninggalkan pura dan berjalan melanjutkan perjalanan ke Timur, perjalanan Beliau melewati pesisir pantai selatan pulau Bali dan diikuti oleh beberapa pengikut setia Beliau.

Pura Tanah Lot Bali- Sejarah dan Tanah Lot Sunset Bali - Indonesia
Foto credit: Komang Gede via Flickr

Di dalam perjalanan suci ini Dang Hyang Nirartha sangat menikmati dan kagum dengan keindahan pesisir pantai selatan Bali dengan keindahan yang alami yang sangat menarik. Beliau membayangkan bagaimana kebesaran Ida Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) telah menciptakan dunia dan beserta isinya untuk kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Dalam hati Beliau terbisik bahwa tugas seluruh makhluk hidup di dunia khususnya manusia untuk berterima kasih dan menjaga apa yang telah diciptakan-NYA.

Setelah melakukan perjalanan yang panjang akhirnya Dang Hyang Nirartha tiba dan berhenti di sebuah pantai yang terdapat batu karang dan juga terdapat mata air, batu karang itu disebut Gili Beo, "Gili" artinya pulau kecil dan "Beo" artinya burung, jadi Gili Beo berarti pulau kecil yang menyerupai burung. Pada waktu itu di kawasan Desa Beraban ini di pimpin oleh Bendesa Beraban Sakti, kemudian di tempat inilah DangHyang Nirartha berhenti dan beristirahat, tidak lama Beliau beristirahat datanglah para nelayan yang ingin bertemu dengan Beliau dan membawakan beberapa persembahan untuk Beliau, dan setelah senja tiba mereka memohon kepada Beliau untuk bermalam di rumah mereka, tetapi permohonan mereka ditolak oleh Beliau dan Beliau lebih memilih untuk bermalam di Gili Beo karena di tempat ini Beliau bisa menikmati udara yang segar dengan pemandangan yang indah dan bisa melepaskan pandangan ke segala arah. Pada malam hari sebelum Beliau beristirahat, Beliau menyempatkan diri untuk mengajarkan agama dan moral kepada masyarakat yang datang kepada Beliau, tetapi kehadiran Dang Hyang Nirartha ini tidak disukai oleh Bendesa Beraban Sakti, karena ajaran-ajarannya tidak sesuai dan tidak searah dengan ajaran-ajaran dari Dang Hyang Nirartha dan ini membuat Bendesa Beraban Sakti menjadi marah dan dia mengundang pengikut-pengikutnya untuk mengusir DangHyang Nirartha dari kawasan itu, kemudian untuk memproteksi diri Beliau dari agresi Bendesa Beraban Sakti akhirnya dengan kekuatan supranatural Beliau kemudian Gili Beo dipindahkan agak ketengah ke laut dan Beliau menciptakan ular dari selendang yang Beliau pakai untuk menjaga Gili Beo agar selalu aman dari serangan-serangan jahat. Kemudian setelah kejadian itu Gili Beo berubah nama menjadi Tanah Lot (Tanah di laut), setelah melihat keajaiban dari DangHyang Nirartha akhirnya Bendesa Beraban Sakti menyerah dan kemudian dia menjadi pengikut setia Beliau untuk melanjutkan mengajarkan agama Hindu kepada masyarakat, dan untuk jasanya itu Dang Hyang Nirartha memberikan sebuah keris kepada Bendesa Beraban Sakti sebelum Beliau melanjutkan perjalanan suci nya (Keris adalah sebuah belati asimetris khas dari Indonesia yang dipakai sebagai senjata dan juga objek spiritual, keris sering dianggap memiliki kekuatan magis. Awal keris dikenal atau dibuat pada sekitar abad 1360 Masehi dan mungkin menyebar dari pulau ke pulau di seluruh Asia Tenggara). Keris yang diberikan kepada Bendesa Beraban Sakti disebut Jaramenara atau keris Ki Baru Gajah, sampai sekarang keris itu disimpan dengan baik dan sucikan di Puri Kediri. Pada saat itu DangHyang Nirartha menyarankan kepada masyarakat untuk membuat pura (parahyangan) di Tanah Lot karena menurut getaran suci dan bimbingan supranatural Beliau di tempat ini adalah sebuah tempat yang sangat baik untuk memuja Tuhan, dari tempat ini kemudian masyarakat bisa menyembah kebesaran Tuhan dalam manifestasi-NYA sebagai Dewa Laut untuk keselamatan dan kesejahteraan dunia.

Terdapat 8 pura suci yang ada disekitar area Tanah Lot, masing-masing dengan fungsi dan tujuan sendiri.

  1. Pura Penataran - berlokasi di bagian utara dari Pura Tanah Lot, pura untuk memuja Tuhan dan manifestasi-NYA untuk kebahagiaan dan kesejahteraan.
  2. Pura Penyawang - berlokasi di bagian barat dari Pura Penataran, ini adalah tempat alternatif untuk bersembahyang karena pada saat air laut pasang orang-orang yang ingin bersembahyang tidak bisa naik dan masuk ke Pura Tanah Lot.
  3. Pura Jero Kandang - berlokasi sekitar 100 meter di sebelah barat Pura Penyawang, pura ini dibangun untuk memohon kepada Tuhan agar diberikan kesejahteraan dan keselamatan bagi ternak dan tanaman.
  4. Pura Enjung Galuh - berlokasi dekat dengan Pura Jero Kandang, pura ini dibangun untuk memuja Dewi Sri untuk kesuburan tanah dan pertanian.
  5. Pura Batu Bolong - berlokasi sekitar 100 meter disebelah barat Pura Enjung Galuh, pura ini digunakan pada saat upacara Melasti atau upacara penyucian.
  6. Pura Batu Mejan - berlokasi kurang lebih 100 meter pada bagian barat Pura Batu Bolong, Pura Batu Mejan juga disebut Pura Beji. Beji berarti mata air dalam bahasa Bali, masyarakat percaya bahwa air suci dari mata air ini bisa menyucikan segala sesuatu dari keburukan atau unsur-unsur negatif.
  7. Monumen Tri Antaka - Monumen ini dibuat untuk menghormati 3 pahlawan Bali, yaitu: I gusti Ketut Kereg, I Wayan Kamias dan I Nyoman Regug, yang telah berperang untuk mempertahankan pulau Bali dari penjajah tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration) pada Juni 1946 di kawasan Tanah Lot.
  8. Pura Pakendungan - Berlokasi di bagian Barat kira-kira 300 meter dari Pura Tanah Lot. Di Pura Pekendungan inilah tempat dimana Dang Hyang Nirartha bermeditasi dan juga ditempat inilah keris sakti Jaramenara diberikan kepada Bendesa Beraban Sakti.

Pada tahun 1980, bagian pinggir karang Pura Tanah Lot terkikis karena mengalami abrasi dan menjadikan area di tempat suci ini berbahaya bagi keselamatan pengunjung dan pemedek (Pemedek: orang-orang yang ingin bersembahyang di pura). Maka dilakukanlah proyek yang didukung oleh pemerintah Jepang dan Jerman untuk menanggulangi hal ini dan untuk menjaga pura yang bersejarah ini agar tetap berdiri kokoh di atas batu karang laut.

Pura yang lainnya yang terdapat di Kabupaten Tabanan

Upacara atau Piodalan Pura Tanah Lot

Upacara Piodalan Pura Tanah Lot Temple
Tanah Lot Temple Anniversary

Upacara di Pura Tanah Lot (Upacara di pura dalam bahasa Bali disebut Piodalan/Pujawali) dilaksanakan atau diadakan setiap 210 hari (6 bulan) menurut kalender Bali/kalender Saka, piodalan di pura Tanah Lot jatuh pada hari Buda Wage Langkir, 4 hari setelah Hari Raya Kuningan. Sebelum pemedek memasuki pura, mereka pertama-tama harus bersembahyang di Beji Kaler, Tanah Lot: Bali: Pura di atas Karang Laut & View Indah Sunset Beji Kaler adalah sebuah mata air suci yang berada tepat dibawah Pura Tanah Lot. Sebelum mereka memasuki pura utama, mereka harus bersembahyang dan meminum dan membasuh wajah mereka dengan air yang diambil dari mata air suci Beji Kaler ini dengan tujuan agar jiwa dan pikiran mereka bersih sebelum masuk dan melakukan persembahyangan di Pura Luhur Tanah Lot. Selama upacara/piodalan di Pura Tanah Lot, masyarakat Bali khususnya yang beragama Hindu akan datang untuk melakukan persembahyangan agar memperoleh keselamatan dan kesejahteraan, bahkan banyak dari mereka juga datang dari daerah lain di Indonesia. Upacara di Pura Tanah Lot dilakukan/diadakan (Nyejer) selama 3 hari.

Ular Suci Tanah Lot dan Mitos

Mitos dan Ular Suci Tanah Lot
Ular Suci Pura Tanah Lot

Keunikan dari Tanah Lot adalah terkait dengan mitos dari masyarakat setempat tentang ular suci yang ada di Pura Tanah Lot, ular suci Tanah Lot dipercaya sebagai penjaga dan penyelamat dari Pura Tanah Lot dari serangan-serangan jahat yang mengganggu kesucian pura. Jenis ular itu dari bahasa Latin bernama Bungarus Candidus, ular laut yang sangat berbisa dan berbahaya, pada tubuhnya mempunyai warna hitam dan putih melingkar. Ular suci ini akan menyerang siapa saja yang ingin berbuat jahat dan ingin merusak keberadaan dan kesucian Pura Tanah Lot, tetapi meskipun begitu ular suci ini akan tetap diam dan tenang di dalam goa yang terdapat di sudut karang yang ada di dekat Pura Tanah Lot, bahkan pengunjung pun bisa menyentuh dan mengelus-elus ular suci ini tanpa khawatir akan serangan balik dari ular ini dan tentu saja kita akan ditemani oleh seseorang yang mengerti akan karakter dari ular suci ini. Masyarakat setempat juga mempercayai dengan menyentuh ular suci ini sambil berdoa maka apa yang kita inginkan akan terkabulkan, sebuah mitos yang boleh dipercaya atau tidak.

Pemandangan Sunset dan Waktu Terbaik Mengunjungi Tanah Lot

Tanah Lot adalah daerah tujuan wisata yang sangat terkenal di dunia, dan menjadi salah satu obyek wisata terbaik di pulau Bali serta salah satu tempat wisata favorit untuk menikmati keindahan sunset/matahari tenggelam di pulau dewata. Setiap hari objek wisata ini dikunjungi oleh ribuan wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Banyak turis/wisatawan bertanya jam berapa sunset di Tanah Lot? untuk bisa menikmati keindahan Pura Tanah Lot dengan pemandangan sunset view yang keren, direkomendasikan mengunjungi Tanah Lot pada senja atau sore hari dengan cuaca yang cerah, dari sekitar jam 4 sore sampai jam 7 petang/malam adalah waktu yang terbaik untuk mengunjungi Tanah Lot karena pada jam-jam itu dengan cuaca yang cerah kita bisa menikmati keindahan sunset/matahari terbenam yang spektakular. Selain itu pengunjung juga bisa berjalan-jalan dan berada dekat dengan batu karang dari areal pura pada saat air laut surut, tetapi sangat berbahaya dan tidak dianjurkan melakukan hal itu pada air laut pasang. Tempat wisata Tanah Lot juga sangat cocok dijadikan sebagai liburan keluarga, dalam kawasan ini juga terdapat fasilitas yang memadai seperti hotel, restoran, sunset teras, Tanah Lot cultural park, toko suvenir, tempat parkir yang luas, fasilitas emergensi, fasilitas keamanan sekuriti (security), toilet, tempat bersantai dan juga pusat informasi.

Peta dan Lokasi

Lokasi dan Peta Tanah Lot, Bali oleh Google Maps

Referensi : Situs resmi Tanah Lot
Permalink: Pura Tanah Lot Bali: Sejarah & Keindahan Tanah Lot Sunset Bali | Bali Glory

Sabtu, 22 Agustus 2015

Alas Kedaton: Suaka Alam Hutan Monyet/Kera Sakral Bali

Agustus 2015 - Hallo sahabat WIsata Bali dan Sekitarnya, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Agustus 2015, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Hutan Monyet, Artikel Objek Wisata, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Alas Kedaton: Suaka Alam Hutan Monyet/Kera Sakral Bali
link : Alas Kedaton: Suaka Alam Hutan Monyet/Kera Sakral Bali

Baca juga


Agustus 2015

Hutan monyet Alas Kedaton adalah salah satu suaka alam hutan kera yang terkenal di pulau Bali, mempunyai luas kurang lebih 6.4 hektar yang dihuni oleh ratusan kera dan kelelawar besar (kalong). Nama Alas Kedaton diambil dari kata "alas" yang berarti hutan/rimba dan "kedaton" yang artinya istana (keraton), hutan kera Alas Kedaton terletak di Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, kurang lebih 35 kilometer ditempuh dari Kota Denpasar. Hutan Kedaton adalah sebuah hutan hujan kecil yang merupakan hutan monyet yang sakral dan sangat dijaga oleh masyarakat Pulau Dewata.

Konten
Monyet/Kera di Hutan Alas Kedaton
Pura Alas Kedaton
Peta Hutan Kera/Monyet Alas Kedaton

Monyet/Kera di Hutan Alas Kedaton

Spesies kera/monyet yang ada di pulau Bali dan juga yang menghuni hutan Alas Kedaton adalah berjenis crab-eating macaque (bahasa latin nya adalah Macaca Fascicularis) juga disebut long-tailed macaque. Jenis monyet ini adalah merupakan penghuni asli primata cercopithecine di Asia Tenggara, monyet ini juga disebut sebagai monyet cynomolgus di laboratorium, dan memiliki sejarah yang panjang bersama manusia. Mereka juga dianggap sebagai hama pertanian, sebagai hewan suci di beberapa kuil dan pura, dan juga sebagai subjek percobaan medis. Kera jenis ini hidup dalam kelompok sosial matrilineal dengan dominasi hirarki betina di alam liar, dan anggota jantan akan meninggalkan kelompok mereka ketika mencapai pubertas/dewasa.

Hutan monyet Alas kedaton - hutan kera - monkey forest - obyek wisata
Hutan Monyet Alas Kedaton, Bali

Monyet jenis ini ketika dewasa mempunyai panjang tubuh yang bervariasi antara 38-55 cm (15-22 inchi) dengan lengan dan kaki yang relatif pendek. Kera yang berkelamin jantan jauh lebih besar dari yang betina, dengan berat 5-9 kilogram dibandingkan dengan yang betina antara 3-6 kg Alas Kedaton: Bali: Suaka Alam Hutan Monyet/Kera Sakral. Mempunyai ekor lebih panjang daripada tubuh nya, biasanya antara 40-65 cm (16-26 inchi) yang digunakan untuk keseimbangan ketika mereka melompat dengan jarak hingga 5 meter (16,4 kaki). Bagian atas tubuh nya berwarna coklat gelap dengan coklat muda keemasan. Bagian bawah berwarna abu-abu muda dengan abu-abu gelap/coklat pada bagian ekor. Kera jenis ini memiliki rambut yang kadang-kadang berbentuk garis puncak pendek dari kepala ke belakang sampai pada punggung nya. Kulit mereka hitam pada kaki dan telinga, sedangkan kulit di moncong adalah warna merah muda keabu-abuan. Kelopak mata sering memiliki tanda putih menonjol dan kadang-kadang ada bintik-bintik putih di telinga. Pada jantan memiliki karakteristik kumis dan pipi kumis, sementara pada betina hanya memiliki kumis pipi. Monyet ini memiliki kantong pipi yang mereka gunakan untuk menyimpan makanan saat mencari makan. Pada betina tidak menunjukkan pembengkakan perineum.

Pura Alas Kedaton

Pura Alas Kedaton - tempat wisata - pulau dewata
Pura Alas Kedaton, Bali

Pura Alas Kedaton adalah sebuah pura Hindu yang dibangun pada zaman megalitikum kuno, yang terletak di tengah-tengah hutan monyet Alas Kedaton. Pura Alas Kedaton sendiri dibangun oleh Mpu Kuturan pada masa pemerinthan Raja Sri Masula Masuli di pulau dewata tahun 1178 - 1255 Masehi.

Hutan kera Alas Kedaton adalah sebuah hutan monyet yang sangat terkenal diantara hutan-hutan kera di Bali serta menjadi tujuan dan tempat wisata favorit bagi wisatawan lokal maupun internasional. Tempat ini banyak dikunjungi wisatawan terutama pada saat liburan umum atau liburan sekolah. Pengunjung biasanya akan ditemani oleh guide lokal yang tahu daerah di sekitar hutan untuk memandu wisatawan melihat-lihat sekeliling pura dan area hutan Alas Kedaton. Kera-kera yang ada di hutan Kedaton sangat ramah kepada pengunjung tetapi meskipun begitu pengunjung tetap disarankan agar tetap berhati-hati terhadap barang bawaan mereka dan tidak berada terlalu dekat dengan monyet-monyet karena mereka juga akan bisa menyerang ketika mereka merasa terganggu. Tidak jauh dari hutan kera ini juga terdapat fasilitas lainnya seperti tempat bermain untuk anak-anak, tempat parkir yang luas dan kios-kios yang menjual cinderamata untuk oleh-oleh.

Peta Hutan Kera/Monyet Alas Kedaton

Lokasi dan Peta Hutan Monyet/Kera Alas Kedaton oleh Google Maps

Referensi : Alas Kedaton, Crab-eating macaque
Permalink: Alas Kedaton: Suaka Alam Hutan Monyet/Kera Sakral Bali

Hutan monyet Alas Kedaton adalah salah satu suaka alam hutan kera yang terkenal di pulau Bali, mempunyai luas kurang lebih 6.4 hektar yang dihuni oleh ratusan kera dan kelelawar besar (kalong). Nama Alas Kedaton diambil dari kata "alas" yang berarti hutan/rimba dan "kedaton" yang artinya istana (keraton), hutan kera Alas Kedaton terletak di Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, kurang lebih 35 kilometer ditempuh dari Kota Denpasar. Hutan Kedaton adalah sebuah hutan hujan kecil yang merupakan hutan monyet yang sakral dan sangat dijaga oleh masyarakat Pulau Dewata.

Konten
Monyet/Kera di Hutan Alas Kedaton
Pura Alas Kedaton
Peta Hutan Kera/Monyet Alas Kedaton

Monyet/Kera di Hutan Alas Kedaton

Spesies kera/monyet yang ada di pulau Bali dan juga yang menghuni hutan Alas Kedaton adalah berjenis crab-eating macaque (bahasa latin nya adalah Macaca Fascicularis) juga disebut long-tailed macaque. Jenis monyet ini adalah merupakan penghuni asli primata cercopithecine di Asia Tenggara, monyet ini juga disebut sebagai monyet cynomolgus di laboratorium, dan memiliki sejarah yang panjang bersama manusia. Mereka juga dianggap sebagai hama pertanian, sebagai hewan suci di beberapa kuil dan pura, dan juga sebagai subjek percobaan medis. Kera jenis ini hidup dalam kelompok sosial matrilineal dengan dominasi hirarki betina di alam liar, dan anggota jantan akan meninggalkan kelompok mereka ketika mencapai pubertas/dewasa.

Hutan monyet Alas kedaton - hutan kera - monkey forest - obyek wisata
Hutan Monyet Alas Kedaton, Bali

Monyet jenis ini ketika dewasa mempunyai panjang tubuh yang bervariasi antara 38-55 cm (15-22 inchi) dengan lengan dan kaki yang relatif pendek. Kera yang berkelamin jantan jauh lebih besar dari yang betina, dengan berat 5-9 kilogram dibandingkan dengan yang betina antara 3-6 kg Alas Kedaton: Bali: Suaka Alam Hutan Monyet/Kera Sakral. Mempunyai ekor lebih panjang daripada tubuh nya, biasanya antara 40-65 cm (16-26 inchi) yang digunakan untuk keseimbangan ketika mereka melompat dengan jarak hingga 5 meter (16,4 kaki). Bagian atas tubuh nya berwarna coklat gelap dengan coklat muda keemasan. Bagian bawah berwarna abu-abu muda dengan abu-abu gelap/coklat pada bagian ekor. Kera jenis ini memiliki rambut yang kadang-kadang berbentuk garis puncak pendek dari kepala ke belakang sampai pada punggung nya. Kulit mereka hitam pada kaki dan telinga, sedangkan kulit di moncong adalah warna merah muda keabu-abuan. Kelopak mata sering memiliki tanda putih menonjol dan kadang-kadang ada bintik-bintik putih di telinga. Pada jantan memiliki karakteristik kumis dan pipi kumis, sementara pada betina hanya memiliki kumis pipi. Monyet ini memiliki kantong pipi yang mereka gunakan untuk menyimpan makanan saat mencari makan. Pada betina tidak menunjukkan pembengkakan perineum.

Pura Alas Kedaton

Pura Alas Kedaton - tempat wisata - pulau dewata
Pura Alas Kedaton, Bali

Pura Alas Kedaton adalah sebuah pura Hindu yang dibangun pada zaman megalitikum kuno, yang terletak di tengah-tengah hutan monyet Alas Kedaton. Pura Alas Kedaton sendiri dibangun oleh Mpu Kuturan pada masa pemerinthan Raja Sri Masula Masuli di pulau dewata tahun 1178 - 1255 Masehi.

Hutan kera Alas Kedaton adalah sebuah hutan monyet yang sangat terkenal diantara hutan-hutan kera di Bali serta menjadi tujuan dan tempat wisata favorit bagi wisatawan lokal maupun internasional. Tempat ini banyak dikunjungi wisatawan terutama pada saat liburan umum atau liburan sekolah. Pengunjung biasanya akan ditemani oleh guide lokal yang tahu daerah di sekitar hutan untuk memandu wisatawan melihat-lihat sekeliling pura dan area hutan Alas Kedaton. Kera-kera yang ada di hutan Kedaton sangat ramah kepada pengunjung tetapi meskipun begitu pengunjung tetap disarankan agar tetap berhati-hati terhadap barang bawaan mereka dan tidak berada terlalu dekat dengan monyet-monyet karena mereka juga akan bisa menyerang ketika mereka merasa terganggu. Tidak jauh dari hutan kera ini juga terdapat fasilitas lainnya seperti tempat bermain untuk anak-anak, tempat parkir yang luas dan kios-kios yang menjual cinderamata untuk oleh-oleh.

Peta Hutan Kera/Monyet Alas Kedaton

Lokasi dan Peta Hutan Monyet/Kera Alas Kedaton oleh Google Maps

Referensi : Alas Kedaton, Crab-eating macaque
Permalink: Alas Kedaton: Suaka Alam Hutan Monyet/Kera Sakral Bali

Kamis, 06 Agustus 2015

Alas Kedaton: Pura Sakral Di Tengah Hutan Monyet/Kera Bali

Agustus 2015 - Hallo sahabat WIsata Bali dan Sekitarnya, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Agustus 2015, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Objek Wisata, Artikel Pura, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Alas Kedaton: Pura Sakral Di Tengah Hutan Monyet/Kera Bali
link : Alas Kedaton: Pura Sakral Di Tengah Hutan Monyet/Kera Bali

Baca juga


Agustus 2015

Pura Alas Kedaton adalah sebuah pura Hindu yang sakral peninggalan dari zaman megalitikum kuno di Pulau Bali. Pura Alas Kedaton terletak di tengah-tengah hutan monyet/hutan kera Alas Kedaton, tepatnya di Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Pura Dalem Kahyangan Kedaton ini terletak sekitar 35 kilometer dari Kota Denpasar Bali.

Konten
Sejarah Pura Alas Kedaton
Bangunan Suci dan Patung
Upacara (Piodalan)
Hutan Monyet/Kera
Pariwisata
Peta

Sejarah Pura Alas Kedaton

Pura Alas Kedaton
Pura Alas Kedaton Tabanan Bali

Pura Alas Kedaton dibangun oleh Mpu Kuturan atau Mpu Rajakertha pada masa pemerintahan Raja Sri Masula Masuli di pulau dewata, menurut prasasti desa Sading, Mengwi, Kabupaten Badung, menyebutkan bahwa Raja Sri Masula Masuli mulai memerintah di pulau Bali pada tahun Saka 1100 (1178 Masehi). Prasasti tersebut memakai tahun Saka 1172 (1250 Masehi) yang juga menyebutkan bahwa Raja Sri Masula Masuli berkuasa di pulau Bali selama 77 tahun, yang berarti pemerintahannya berakhir pada tahun Saka 1177 atau 1255 Masehi. Posisi pura Alas Kedaton menghadap ke barat dan memiliki 4 pintu gerbang Alas Kedaton: Bali: Pura Sakral Di Tengah Hutan Monyet/Kera sebagai pintu masuk dan keluar, pura ini memiliki halaman yang unik, pada posisi halaman dalam/utama (di Bali disebut Jeroan atau Utama Mandala) lebih rendah dari halaman tengah (di Bali disebut Jaba atau Madya Mandala), tidak seperti pura-pura lain di Bali yang biasanya memiliki halaman dalam/utama yang lebih tinggi dari halaman tengah.

Bangunan Suci dan Patung

Di dalam pura Alas Kedaton juga terdapat beberapa bangunan-bangunan suci (pelinggih), sebuah Lingga dan juga terdapat beberapa patung, diantaranya adalah:

  1. Patung Durga Mahisasura Mardhani yang memiliki 8 tangan dan berdiri di atas sebuah patung lembu, pada masing-masing tangan kanan nya dari atas ke bawah memegang Camara (penghalau lalat), Sara (panah), Pisau besar, dan memegang ekor lembu. Pada masing-masing tangan kiri nya dari atas ke bawah memegang Kadga, Busur panah, Trisula, dan Gadha.
  2. Patung Dewa Ganesha duduk di atas bunga Padma (lotus) dan 2 naga, pada tangan kanan nya memegang tasbih dan pada tangan kiri nya memegang kapak dan belalai, Patung Ganesha hanya memiliki satu taring (ekadanta).

Upacara (Piodalan)

Upacara Piodalan di Pura Alas Kedaton Temple Tabanan Bali
Upacara/Piodalan di Pura Alas Kedaton

Upacara (piodalan) di Pura Alas Kedaton jatuh pada hari Anggara Kasih Medangsia (Kalender Bali), 10 hari setelah raya Kuningan. Tidak seperti pura lainnya, keunikan lain yang dapat ditemui di pura ini adalah selama upacara berlangsung tidak menggunakan sarana dupa dan Kwangen selama persembahyangan. Demikian pula, penggunaan Penjor, pada saat upacara yang dilakukan di Pura Dalem Kahyangan Kedaton ini kita tidak akan menemukan Penjor seperti upacara yang dilakukan di pura lainnya di Bali dan ini juga merupakan sesuatu yang unik yang dapat kita jumpai di pura Alas Kedaton. Upacara harus selesai sebelum matahari terbenam karena mereka tidak diizinkan untuk menggunakan lampu karena menggunakan lampu sama juga diartikan menggunakan api. Pada saat upacara selesai, akan dilanjutkan dengan tradisi Ngerebeg. Ngerebeg berarti berlarian dengan tombak, dengan Tedung (payung tradisional Bali), dan beberapa cabang-cabang pohon yang berdaun. Semua orang bersorak dan berteriak dengan gembira untuk mengikuti tradisi ngerebeg ini.

Hutan Monyet/Kera

Hutan Monyet Alas Kedaton
Hutan Monyet Alas Kedaton, Bali

Pura Alas Kedaton terletak di tengah hutan yang dihuni oleh ribuan kera/monyet dan ratusan kelelawar besar (kalong). Monyet di hutan Kedaton sangat ramah dan sangat dekat dengan pengunjung karena mereka selalu memberinya makan dengan kacang-kacangan dan makanan ringan lainnya. Tetapi meskipun monyet nya ramah, pengunjung dihimbau agar tetap berhati-hati karena mereka juga bisa menyerang ketika mereka merasa terganggu. Hutan monyet/kera Alas Kedaton ini adalah salah satu hutan monyet yang terkenal di pulau Bali.

Pariwisata

Alas Kedaton adalah sebuah tempat wisata yang sangat terkenal di Bali, khususnya di Tabanan. Tempat ini akan dikunjungi oleh banyak wisatawan baik lokal maupun internasional, terutama pada hari libur. Pengunjung biasanya akan diantar oleh pemandu lokal yang tahu daerah sekitar hutan untuk melihat-lihat kawasan pura dan kawasan hutan sekitarnya. Tidak jauh dari lokasi objek wisata Alas Kedaton ini juga terdapat kios-kios yang menjual suvenir dan cinderamata, taman bermain untuk anak-anak, dan fasilitas lainnya untuk kenyamanan pengunjung sehingga tempat ini juga cocok sebagai liburan keluarga.

Peta

Lokasi dan peta Pura Alas Kedaton oleh Google Maps

Beberapa pura lainnya yang ada di Kabupaten Tabanan

Referensi : Alas Kedaton - Situs Resmi Kab. Tabanan
Permalink: Alas Kedaton: Pura Sakral Di Tengah Hutan Monyet/Kera Bali | Bali Glory

Pura Alas Kedaton adalah sebuah pura Hindu yang sakral peninggalan dari zaman megalitikum kuno di Pulau Bali. Pura Alas Kedaton terletak di tengah-tengah hutan monyet/hutan kera Alas Kedaton, tepatnya di Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Pura Dalem Kahyangan Kedaton ini terletak sekitar 35 kilometer dari Kota Denpasar Bali.

Konten
Sejarah Pura Alas Kedaton
Bangunan Suci dan Patung
Upacara (Piodalan)
Hutan Monyet/Kera
Pariwisata
Peta

Sejarah Pura Alas Kedaton

Pura Alas Kedaton
Pura Alas Kedaton Tabanan Bali

Pura Alas Kedaton dibangun oleh Mpu Kuturan atau Mpu Rajakertha pada masa pemerintahan Raja Sri Masula Masuli di pulau dewata, menurut prasasti desa Sading, Mengwi, Kabupaten Badung, menyebutkan bahwa Raja Sri Masula Masuli mulai memerintah di pulau Bali pada tahun Saka 1100 (1178 Masehi). Prasasti tersebut memakai tahun Saka 1172 (1250 Masehi) yang juga menyebutkan bahwa Raja Sri Masula Masuli berkuasa di pulau Bali selama 77 tahun, yang berarti pemerintahannya berakhir pada tahun Saka 1177 atau 1255 Masehi. Posisi pura Alas Kedaton menghadap ke barat dan memiliki 4 pintu gerbang Alas Kedaton: Bali: Pura Sakral Di Tengah Hutan Monyet/Kera sebagai pintu masuk dan keluar, pura ini memiliki halaman yang unik, pada posisi halaman dalam/utama (di Bali disebut Jeroan atau Utama Mandala) lebih rendah dari halaman tengah (di Bali disebut Jaba atau Madya Mandala), tidak seperti pura-pura lain di Bali yang biasanya memiliki halaman dalam/utama yang lebih tinggi dari halaman tengah.

Bangunan Suci dan Patung

Di dalam pura Alas Kedaton juga terdapat beberapa bangunan-bangunan suci (pelinggih), sebuah Lingga dan juga terdapat beberapa patung, diantaranya adalah:

  1. Patung Durga Mahisasura Mardhani yang memiliki 8 tangan dan berdiri di atas sebuah patung lembu, pada masing-masing tangan kanan nya dari atas ke bawah memegang Camara (penghalau lalat), Sara (panah), Pisau besar, dan memegang ekor lembu. Pada masing-masing tangan kiri nya dari atas ke bawah memegang Kadga, Busur panah, Trisula, dan Gadha.
  2. Patung Dewa Ganesha duduk di atas bunga Padma (lotus) dan 2 naga, pada tangan kanan nya memegang tasbih dan pada tangan kiri nya memegang kapak dan belalai, Patung Ganesha hanya memiliki satu taring (ekadanta).

Upacara (Piodalan)

Upacara Piodalan di Pura Alas Kedaton Temple Tabanan Bali
Upacara/Piodalan di Pura Alas Kedaton

Upacara (piodalan) di Pura Alas Kedaton jatuh pada hari Anggara Kasih Medangsia (Kalender Bali), 10 hari setelah raya Kuningan. Tidak seperti pura lainnya, keunikan lain yang dapat ditemui di pura ini adalah selama upacara berlangsung tidak menggunakan sarana dupa dan Kwangen selama persembahyangan. Demikian pula, penggunaan Penjor, pada saat upacara yang dilakukan di Pura Dalem Kahyangan Kedaton ini kita tidak akan menemukan Penjor seperti upacara yang dilakukan di pura lainnya di Bali dan ini juga merupakan sesuatu yang unik yang dapat kita jumpai di pura Alas Kedaton. Upacara harus selesai sebelum matahari terbenam karena mereka tidak diizinkan untuk menggunakan lampu karena menggunakan lampu sama juga diartikan menggunakan api. Pada saat upacara selesai, akan dilanjutkan dengan tradisi Ngerebeg. Ngerebeg berarti berlarian dengan tombak, dengan Tedung (payung tradisional Bali), dan beberapa cabang-cabang pohon yang berdaun. Semua orang bersorak dan berteriak dengan gembira untuk mengikuti tradisi ngerebeg ini.

Hutan Monyet/Kera

Hutan Monyet Alas Kedaton
Hutan Monyet Alas Kedaton, Bali

Pura Alas Kedaton terletak di tengah hutan yang dihuni oleh ribuan kera/monyet dan ratusan kelelawar besar (kalong). Monyet di hutan Kedaton sangat ramah dan sangat dekat dengan pengunjung karena mereka selalu memberinya makan dengan kacang-kacangan dan makanan ringan lainnya. Tetapi meskipun monyet nya ramah, pengunjung dihimbau agar tetap berhati-hati karena mereka juga bisa menyerang ketika mereka merasa terganggu. Hutan monyet/kera Alas Kedaton ini adalah salah satu hutan monyet yang terkenal di pulau Bali.

Pariwisata

Alas Kedaton adalah sebuah tempat wisata yang sangat terkenal di Bali, khususnya di Tabanan. Tempat ini akan dikunjungi oleh banyak wisatawan baik lokal maupun internasional, terutama pada hari libur. Pengunjung biasanya akan diantar oleh pemandu lokal yang tahu daerah sekitar hutan untuk melihat-lihat kawasan pura dan kawasan hutan sekitarnya. Tidak jauh dari lokasi objek wisata Alas Kedaton ini juga terdapat kios-kios yang menjual suvenir dan cinderamata, taman bermain untuk anak-anak, dan fasilitas lainnya untuk kenyamanan pengunjung sehingga tempat ini juga cocok sebagai liburan keluarga.

Peta

Lokasi dan peta Pura Alas Kedaton oleh Google Maps

Beberapa pura lainnya yang ada di Kabupaten Tabanan

Referensi : Alas Kedaton - Situs Resmi Kab. Tabanan
Permalink: Alas Kedaton: Pura Sakral Di Tengah Hutan Monyet/Kera Bali | Bali Glory